Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan penghentikan keikutsertaan Rusia dalam traktat penting tentang pengendalian senjata di Eropa.
Kemarin, Persiden Putin mengeluarkan keppres yang membekukan kerja sama traktat mengenai pasukan konvensional di Eropa atau Convention Forces in Europe (CFE).
Perjanjian itu memberlakukan pembatasan ketat soal jumlah tank, senjata berat, dan pesawat tempur yang bisa ditempatkan Samudra Atlantik dan pegunungan Ural.
Rusia mengatakan pihaknya terpaksa membatalkan kerja sama itu karena negara-negara NATO menolak untuk mensahkan versi baru traktat tersebut.
Tak cocok lagi
Sebagian besar orang mungkin tidak pernah mendengar Traktat Pasukan Konvensional di Eropa.
Perjanjian ini ditandatangani 17 tahun lampau ketika Pakta Warsawa masih memiliki puluhan ribu tank yang siap tempur di depan Eropa, dan menurut wakil menteri laur negeri Rusia, Sergei Kisliak, itulah yang menjadi masalah.
Dari kaca mata hari ini, perjanjian itu tidak lagi cocok, kata Kisliak. Traktat tersebut mengatur hubungan antara NATO dan Pakta Warsawa tetapi sekarang ini tidak ada lagi Uni Soviet dan tidak ada lagi Pakta Warswa itu.
Sementara itu, NATO sendiri meluaskan sayapnya ke bekas-bekas republik Soviet, dan sejumlah negara baru NATO tidak tercakup dalam traktat. Tetapi yang menjadi masalah sesungguhnya bukanlah traktat itu sendiri.
Yang menjadi problem adalah rangkaian peristiwa dalam 17 tahun sejak perjanjian itu diteken.
Rusia mengamati dengan gelisah ketika peta strategis Eropa berubah. Sementara Pakta Warsawa bubar, NATO malah merangkul para bekas sekutu Rusia dan langsung memancangkan kerajaan NATO di depan pintu Rusia.
Sekarang Amerika mengatakan mereka akan membuat sistem baru perisai rudal di dua negara bekas anggota Pakta Warsawa.
Jadi, tampaknya beginilah cara Rusia menunjukkan bahwa mereka sudah tidak bisa lagi bersabar dengan tindakan pengabaian oleh NATO dan Amerika.
Moskow akhirnya menegaskan, kalau NATO jalan terus dengan perisai rudalnya tanpa mempedulikan Rusia, maka akan ada akibat yang terjadi.
Sumber
No comments:
Post a Comment