Pemkab Kerinci akan Beli Pesawat N219
JAMBI - Pemerintah Kabupaten Kerinci, Jambi, berencana membeli pesawat perintis N219 yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia untuk melayani rute ke daerah paling barat Provinsi Jambi.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kerinci, Afrizal Rabu (19/1) mengatakan Kepala Dinas Perhubungan di sejumalah daerah terpencil di Indonesia yang sudah memiliki lapangan terbang ditawarkan untuk membeli pesawat perintis guna melayani penerbangan ke daerahnya.
"Rapat di Bapenas Jakarta dihadiri Kepala Dinas Perhubungan kota dan kabupaten daerah terpencil memandang perlunya pengadaan pesawat perintis untuik melayani penumpang dari dan menuju daerah terpencil yang sudah memiliki lapangan terbang tersebut," katanya.
Pengadaan pesawat tersebut nantinya akan didanai atau dibeli oleh pemerintah kota dan kabupaten dibantu oleh pemerintah pusat, yang pengelolaannya bekerja sama dengan maskapai atau perusahaan penerbangan yang ada. Maskapai yang akan bekerjasama untuk melayani penerbangan pesawat perintis itu meliputi Merpati Nusantara, Avia Star Air, Madiri Air, Trigana Air dan Susi Air.
Pemesanan pesawat yang diproduksi PT Dirgantara Indonersia (DI) tersebut minimal 30 unit. Untuk bisa mendapatkan pesawat tersebut, kota dan kabupaten yang sudah memiliki lapangan terbang harus sepakat lebih dulu. Nilai atau harga pesawat berkapasitas 19 penumpang itu tersebut seharga Rp38 miliar per unit, sehingga perlu pembahasan serius melibatkan berbagai pihat, terutama dengan pihak legislatif, karena terkait penggunaan anggaran.
Pemerintah Kabupaten Kerinci pada tahap awal akan melakukan sosialisasi lebih dulu pada instansi atau pejabat terkait, selanjutnya baru dibahas dalam rapat penggunaan anggaran 2012. Dalam sosialisasi tersebut terungkap bahwa bila rencana ini mendapat tanggapan positif, maka pendanaannya akan dianggarkan dalam APBD 2012 untuk merealisasikan pembelian pesawat yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi dana yang tersedia.
"Bila pembelian pesawat itu disetujui, maka Pemerintah Kabupaten Kerinci memiliki pesawat sendiri untuk melayani penumpang dari dan menuju Kerinci," kata Afrizal.
2010, PTDI Rugi 209 Milyar
Komisi VI DPR selaku mitra kerja PT Dirgantara Indonesia (DI) mengendus gonjang-ganjing di internal perusahaan pelat merah itu. Kondisi PT DI sungguh memperihatinkan. Sampai dengan Desember 2010 mengalami kerugian Rp 209 miliar.
“Sampai akhir Desember 2010 PT DI mengalami kerugian Rp 209 miliar rupiah. Kerugian tersebut terjadi akibat banyaknya target produksi yang tidak tercapai,” ungkap anggota Komisi VI DPR, Pasha Ismaya Sukardi kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Selasa (18/1).
Diungkapkan, perusahaan yang memiliki sekitar 3000 karyawan itu sudah banyak menunda pembayaran gaji karyawannya, dan tagihan Jamsostek pun sudah tidak dibayar. “Bahkan saya mendengar sampai-sampai Direktur Bagian Keuangannya pun sudah dibebastugaskan,” ujarnya.
Menurutnya, yang paling memprihatinkan demi menuntaskan kerugian tersebut, Direksi PT DI berani menjaminkan aset milik perusahaan ke bank, tanpa sepengetahuan Komisaris perusahaan, ataupun Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Kemeneg BUMN).
“Direksi PT DI tidak melakukan sesuai prosedur. Mereka telah melanggar anggaran dasar PT. DI, Undang-undang BUMN serta Undang-undang Perseroan,” tegasnya.
Anak buah Anas Urbaningrum ini menegaskan, aset yang dimiliki PT DI merupakan milik negara, sehingga tidak boleh diagunkan ke bank seenaknya. Proses penjaminan bisa dilakukan, asalkan ada alasan khusus. “Itupun harus dengan persetujuan dari pemegang saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham-red), dimana di dalam rapat tersebut harus ada perwakilan dari Kementerian BUMN,” jelasnya.
Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat IV ini menegaskan, pemerintah harus memberikan perhatian serius kepada PT DI. Misalnya, diberikan penyertaan modal, dan berupaya tidak menyengsarakan nasib karyawannya, sebab kondisi yang dialami PT DI adalah murni kesalahan pihak manajemen.
“Karyawan yang ada di sana sangat kompeten. Buktinya banyak karyawan yang bekerja di perusahaan strategis lainnya, seperti di perusahaan pembuat Boeing,” tuturnya.
Kesalahan yang terjadi pada PT DI itu, kata Pasha, tidak bisa dilepaskan dari lemahnya supervisi pihak Kementerian BUMN. Menurutnya, seharusnya Kementerian BUMN mau terbuka mengenai kondisi PT DI.
“Kita tidak perlu malu bila memang perlu patnership dengan swasta. Asalkan sebagian besar kepemilikannya masih milik pemerintah,” ucapnya.
Anggota Fraksi Demokrat ini berjanji, saat rapat dengar pendapat dengan Kementerian BUMN nanti akan meminta penjelasan kepada Menteri BUMN, Mustafa Abubakar mengenai masalah ini.
Juru Bicara PT DI, Rakhendi Priyatna mengaku, belum mengetahui adanya masalah penjaminan lahan tersebut. Tapi dia berjanji akan mencari informasi lengkapnya. “Kami akan coba menanyakan permasalahannya. Kalau sudah ada info akan kami sampaikan,” katanya.
Sebelumnya, Rakhendi pernah membantah kalau lembaganya dianggap bermasalah. Menurutnya, apa yang dilakukan Direksi PT DI selama ini sudah benar. Sebab kalau dilihat penjualan sejak tahun 2008, trennya mengalami peningkatan
“Mesti dicatat, produk PT. DI memerlukan penyelesaian lebih dari satu tahun. Selain itu Anggota DPR, Arief Minardi juga sudah menyatakan kalau yang dilakukan PT.DI saat ini sudah benar,” ungkapnya.
Menurut Rakhendi, lembaganya telah mendapatkan pinjaman non cash dari bank, tapi masih membutuhkan fresh money, berupa pinjaman cash. Makanya, selain mengajukan pinjaman dari bank, saat ini PT. DI juga sedang melakukan pembicaraan dengan PPA. “Kalau jumlahnya saya tidak tahu perses. Tapi dengan PPA sedang dalam proses,” terangnya.
Dikatakan, untuk bisa menyelesaikan problem keuangan PT DI, tergantung dari seberapa cepat proses SLA direaliasasikan. Selain itu dukungan dari Kementerian BUMN untuk mengatasi masalah tersebut sangat diperlukan.
“Insya Allah setelah SLA dan persoalan masa lalu selesai, maka neraca keuangan kami akan positif. Dengan bankablenya perusahaan, kondisi bisnis kita yang terus meningkat pun akan berjalan lancar. Apalagi kalau kementerian terkait dapat mendukung sepenuhnya,” katanya.
Dihubungi secara terpisah Kepala Divisi Penerangan TNI AL, Laksamana Prasodjo juga mengaku belum mengetahui perihal adanya lahan milik TNI AL di Batu Poron, Madura yang dijaminkan ke bank oleh PT. DI. Ia berjanji akan segera mencari tahu mengenai masalah ini. “Terima kasih atas informasinya. Kebetulan saya juga baru tahu, dan saat ini sedang saya periksa,” ungkapnya.
Sumber : MEDIAINDONESIA.COM, RAKYATMERDEKA.CO.ID
No comments:
Post a Comment