Kodam VI/Tpr saat ini memfokuskan pengamanan di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia Timur melalui udara.
Pengamanan itu ditujukan pada masalah illegal loging, kemudian disusul dengan penyelundupan. Demikian disampaikan Pangdam VI/ Tpr Mayjen TNI G R Situmeang usai mengelar buka puasa bersama di Makodam VI/Tpr.
”Ya saat ini dikawasan udara perbatasan sedang aktif dilakukan patroli udara. Setidaknya ada pesawat kita yang melintas di sana,” ujar Pangdam VI/Tpr. Tidak hanya itu patroli di wilayah udara yang berbatasan dengan Malaysia juga dudukung oleh pesawat tempur yang didatangkan dari Koopsau II Makasar.
Patroli tersebut, lanjut Pangdam VI/Tpr, bertujuan untuk memantau aktifitas dikawasan tersebut. ”Bahkan pesawat kita ada yang mampu memotret kegiatan di darat dari udara,”
Menurut Pangdam VI/Tpr, pihaknya lebih mendukung perbaikan ekonomi dikawasan perbatasan dari pada menambah jummlah pasukan. Karena, jika segala infrastuktur di kawasan itu sudah terpenuhi, seperti pembangunan jalan dan fasilitas umum lainnya, maka masyarakat perbatasan tidak akan beralih ke negeri tetangga untuk mendapat kebutuhan. ”Lihat saja disana cari jalan beraspal saja sulit, puluhan bahkan ratusan meter jalannya masih berupa tanah.
Kalau kondisinya dibiarkan seperti itu bagaimana masyarakat kita mencari kebutuhan di negeri sendiri,” ujarnya.
Ditanya mengenai masalah patok perbatasan yang rentan pengeseran, Jenderal berbintang dua ini tidak begitu mempermasalahkannya. Karena setiap pengeseran bisa dikembalikan semula. ”Pemerintah kita dan Malaysia kan punya data yang akurat mengenai posisi patok-patok diperbatasan. Jadi bila bergeser bisa dikembalikan lagi, tentunya disaksikan kedua pihak seperti mengenai GPS,” ujarnya.
Sedangkan Asisten Operasi Kodam VI/Tpr Kolonel Inf Musa Bangun mengatakan, salah satu ancaman terberat bagi Indonesia di kawasan perbatasan adalah bergabungnya para pemuda dengan tentara bentukan Malaysia,” jika kita lihat, di daerah Nunukan atau sekitarnya, sebenarnya masyarakat memiliki patriotisme yang cukup tinggi.
Terutama para orang tua dulu, karena dikawasan itu dulu sebagai pusat para pejuang. Tetapi tidak demikan dengan anak-anak mereka, yakni para pemuda disana,” kata Asops Kodam VI/Tpr.
Kebanyakan para pemuda diperbatasan sudah berpola hidup seperti orang Malaysia. Menurut Asops Kodam VI/Tpr, Masalah lain yang menjadi perhatian Kodam VI/Tpr saat ini adalah perambahan Hutan.
Karena posisi para perambah saat ini di dekat wilayah Indonesia. Dan bila hal ini dibiarkan maka tidak bisa dipungkiri lagi mereka akan memasuki wilayah indonesia. ”Kalau patok kan masih bisa dikembalikan, tapi kalau hutan kita yang ditebang kan butuh waktu lama untuk memulihkannya,” ujarnya.
Sumber : Pendam 6/Dispenad
No comments:
Post a Comment