Friday, September 26, 2008

Sukhoi TNI AU Tiba Oktober 2008 di Makassar


Sukhoi Su-30MK2

Jakarta - Tiga pesawat tempur Sukhoi (Tahap I) baru milik TNI Angkatan Udara yang akan tiba Oktober 2008, akan dirakit di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.

Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) II, Marsekal Pertama TNI Yushan Sayuti, mengatakan Lanud Sultan Hasanuddin sebagai `home base` Sukhoi telah siap, termasuk landasan yang telah mampu didarati pesawat angkut Antonov yang akan membawa tiga unit Sukhoi TNI AU dari Rusia, sebelum dirakit.

"Hanggar baru pun telah selesai sekitar 80 persen. Tinggal menyelesaikan sebagian halaman depan hanggar dan instalasi listrik yang diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp.4,5 miliar," katanya.

Nantinya akan ada enam pesawat yang datang, terdiri atas tiga SU-30MK2 dan tiga SU-27SKM, guna melengkapi empat pesawat Sukhoi yang sudah dimiliki TNI Angkatan Udara sebelumnya.

Tiga unit yang dijadwalkan tiba Oktober 2008 ini telah dilengkapi dengan persenjataannya dan avionik lengkap. Terutama untuk amunisi SU-30MK2, sedangkan pada 2009 akan tiba jenis SU-27SKM dan persenjataannya.

Pembelian enam Sukhoi itu tidak termasuk dalam skema kredit negara yang diberikan Pemerintah Rusia senilai satu miliar dolar AS bagi modernisasi persenjataan Indonesia selama masa 2007-2010.

Sementara itu, tiga pilot Sukhoi yang baru menyelesaikan pelatihan di Rusia telah tiba di Indonesia. Ketiga pilot tersebut adalah Mayor Pnb Ikoputro (Komandan Skadron Udara 11), Mayor Pnb Dedy Ilham Suryanto, dan Mayor Pnb David Yohan Tamboto.

Selain kesiapan infrastruktur, TNI AU juga telah menyiapkan kembali delapan calon penerbang Sukhoi yang terkenal dengan julukan "Flanker".(*)

Sumber : ANTARA

Berita terkait lainnya :
Jet Tempur Sukhoi Siap Kembali Unjuk Gigi dalam HUT TNI 2008

Thursday, September 25, 2008

Komandan Lanud Iswahjudi Tutup Latihan Elang Gesit 2008

Setelah selama tiga hari penuh (23-25/9) bergelut dengan gladi Posko dan manuver lapangan, secara resmi Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Dede Rusamsi menutup Latihan Elang Gesit 2008, dalam suatu upacara militer di Main Apron Lanud Iswahjudi, Magetan Kamis(25/9).
Foto : unsur Crash Team saat menolong penerbang F-16 Fighting Falcon yang mengalami keadaan darurat. (Foto : Pentak Lanud Iswahjudi)

Delapan Penerbang Sukhoi Disiapkan

Makassar - TNI Angkatan Udara menyiapkan delapan calon penerbang pesawat jet tempur Sukhoi menyusul rencana penambahan enam unit pesawat tersebut secara bertahap pada 2008 dan 2009.

"Masing-masing (calon penerbang Sukhoi) harus sudah mengantongi 300 jam terbang," kata Komandan Skadron 11 Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Mayor Pnb. Iko di Makassar, Rabu (24/9), di sela kunjungan kerja Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Subandrio ke Lanud Sultan /Hasanuddin.

Iko mengatakan, delapan calon penerbang Sukhoi itu dipilih dari penerbang F-5E Tiger, F-16 Fighting Falcon dan Hawk 109/209.

Menurut Iko, delapan calon pilot Sukhoi itu akan melaksanakan konversi terlebih dulu sebelum memantapkan kemampuan di Rusia.

"Kita sudah ajukan nama-nama mereka ke Mabes TNI AU dan saat ini mereka masih harus memenuhi jam terbang yang ditentukan di masing-masing satuannya," katanya.


Cockpit Sukhoi Su-27SKM

Perjanjian pinjaman pembelian enam unit pesawat Sukhoi dari Rusia untuk TNI AU ditandangani oleh Depkeu, Bank Natixis Perancis di Kantor Menko Perekonomia, Jumat (5/9) lalu.

Hadir dalam acara tersebut perwakilan Dephan dan pihak Rosoboronexport (produsen) yang diwakili agennya di Indonesia Tri Mega.

Perjanjian itu tinggal menunggu persetujuan DPR. DPR telah berjanji untuk memberikan prioritas pembahasan pengadaan pesawat tersebut.

Rosoboron Eksport pada 21 Agustus 2007 lalu pernah mengumumkan penjualam enam pesawat tempur kepada Indonesia senilai 300 juta dolar AS (Rp2,85 triliun).

Enam pesawat itu terdiri dari tiga SU-30 MK2 dan tiga SU-27 SKM yang akan melengkapi empat Sukhoi yang sudah dimiliki TNI AU sejak September 2003.

Penandatanganan nota kesepahaman pengadaan enam pesawat tempur itu berlangsung saat pembukaan pameran kedirgantaraan Moskow 21 Agustus 2007.

Sumber : ANTARA

Inspeksi Pasukan Kontingan Garuda XXV-XXVI/A

JAKARTA - Dua orang personil Kontingen Garuda melakukan pengecekan peralatan saat latihan dan inspeksi pasukan di Marshaling Area Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (24/9). Selain itu personel Konga juga melakukan simulasi penanganan korban, latihan dan Inspeksi pasukan dalam rangka kesiapan kontingen garuda 25A dan 26A yang akan berangkat ke Lebanon. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/pd/08.





Tim Pre-Deployment Visit (PDV Team) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat melaksanakan pemeriksaan kesiapan personel, peralatan dan administrasi Satgas Kompi Polisi Militer TNI Konga XXV-A/UNIFIL dan Satgas Force Head Quarter Support Unit (FHQSU) TNI Konga XXVI-A/UNIFIL.

Wednesday, September 24, 2008

Armada Kapal Perang Rusia Menuju Venezuela

Moskwa - Armada utara kapal perang Rusia (Nothern Fleet) hari Senin (22/9) kemarin bertolak menuju perairan Venezuela untuk ikut dalam sebuah latihan perang laut (naval exercise) di kawasan perairan karibia lepas pantai Venezuela.

”Armada berangkat pada pukul 10.00 (pukul 13.00 WIB). Armada ini terdiri dari kapal penjelajah berpeluru kendali bertenaga nuklir, Peter Agung, kapal perang antikapal selam Admiral Chebanenko, kapal rescue dan kapal pendukung lain yang menyertai,” kata juru bicara AL Rusia, Igor Dygalo.

Keempat kapal itu berangkat dari pangkalan Armada Utara di Severomorsk. Armada kapal ini akan menjelajah sekitar 15.000 mil laut untuk latihan perang gabungan dengan AL Venezuela.

Latihan Elang Gesit 2008

Gelarnya Latihan Elang Gesit 2008 yang peresmian pembukaannya dilakukan Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Dede Rusamsi dalam suatu upacara militer di Apron Lanud Iswahjudi Magetan, Selasa (23/9).

Latihan tingkat Pangkalan Udara Utama ini, direncanakan akan berlangsung selama tiga hari penuh dari tanggal 23-25 September 2008, melbatkan semua satuan beserta alat utama sistem senjata (Alut Sista) yang ada di Lanud Iswahjudi mulai dari Skadron Udara 3, 14 dan 15, Batalyon 463 Paskhas, Skadron Teknik 042, Rumah Sakit serta unsur-unsur pasukan dari Lanud Iswahjudi sendiri.

Berbagai manuver dimainkan dalam latihan tersebut, diantaranya melaksanakan operasi udara dalam bentuk serangan udara langsung oleh pesawat-pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger II dan Hawk MK-53 untuk mengahancurkan sasaran musuh yang ada di darat maupun laut. Disamping itu pula dilaksanakan operasi serangan udara strategis dengan menghancurkan kekuatan lawan sebelum masuk ke wilayah NKRI.

Sumber : DISPENAU


Krisis Perekonomian AS Pengaruhi Kredit Persenjataan TNI

Dephan berharap kenaikan suku bunga pinjaman tidak sampai di atas 8 persen.

Jakarta - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan bahwa krisis perbankan yang
menimpa lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat akan berpengaruh pada pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Sebab, krisis keuangan yang dialami lembaga keuangan Amerika Serikat juga akan berdampak langsung dengan mitranya serta perusahaan yang berada di Eropa Barat sebagai sahabat AS.

"Sedikit banyak juga akan berpengaruh pada harga alutsista yang sudah kita pesan dari negara-negara tersebut," ujar Juwono saat ditemui dalam diskusi Keselamatan Korporasi dalam Perubahan Politik Indonesia Menuju Globalisasi di Jakarta, Selasa (23/9) kemarin.

Krisis keuangan di AS akan memengaruhi kondisi dalam negeri, di mana suku bunga perbankan pun akan naik termasuk dengan suku bunga perbankan. Namun demikian pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipasi agar pemesanan alat-alat tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara-negara pembuat alutsista yang akan membiayai pengadaan alutsista RI.


Salah satu yg terpengaruh adalah pembelian Rudal Exocet-MM40 dari Prancis. Kemungkinan jumlah pengadaan rudal anti kapal untuk korvet Sigma ini akan direvisi.

"Untuk itu kita sudah mengantisipasi agar Indonesia tidak perlu mengurangi ataupun membatalkan pemesanan alutsista tersebut," tegasnya. Menurut Juwono langkah antisipasi yang telah diambil oleh pemerintah itu sendiri adalah dengan menyediakan anggaran kenaikan suku bunga itu.

"Pemerintah telah mengantispasi kenaikan suku bunga perbankan dalam pemesanan alutsista itu sampai dengan tingkat suku bunga sebesar 8 persen per tahunnya. Setiap kenaikan suku bunga sebesar 1 persen akan berpengaruh pada harga yang kita bayarkan sebesar US$30juta-US$40juta. Suku bunga saat ini sendiri sebesar 5,5 persen-6 persen," tambahnya.

Juwono berharap agar kenaikan suku bunga itu sendiri tidak sampai di atas angka 8 persen. Kalau suku bunga naik di atas 8 persen maka akan sulit bagi Indonesia.

"Namun saya harapkan tidak sampai segitu kenaikannya. Kenaikan itu sendiri hanya akan berpengaruh pada pemesanan alutsista dari negara-negara Eropa Barat di mana Indonesia memesan kendaraan tempur (ranpur), sementara untuk pesawat kita banyak memesan dari Rusia yang perbankan tidak begitu berpengaruh dengan kondisi di AS," tandasnya.

Sumber : JURNAS

KRI Sultan Hasanuddin (366) Menuju Korea

SURABAYA - Komandan KRI Sultan Hasanudin (366), Letkol Laut (P) I Gusti Kompyang Ardana (kiri tengah) memberi pengarahan pada anak buahnya dalam apel kesiapan pemberangkatan di Dermaga Semampir, Koarmatim, Surabaya, Selasa (23/9). Korvet kelas Sigma tersebut akan melakukan kunjungan dalam rangka muhibah mengikuti kegiatan "Republic of Korea Navy International Fleet Review" di Busan pada 6-10 Oktober mendatang.

Tampak seorang awak KRI Sultan Hasanudin saat mengoperasikan alat "Target Designation Sight" sebelum bertolaknya kapal tersebut. FOTO ANTARA/FANNY OCTAVIANUS/mes/08.



Tuesday, September 23, 2008

Apel Siaga Operasi Ketupat 2008

SURABAYA - Beberapa anggota polisi melintas di samping heli patroli Polisi Mi-2 milik Polda Jatim, usai mengikuti Apel Siaga Ketupat Semeru 2008, di Mapolda Jatim, Selasa (23/9). Apel siaga yang diikuti berbagai unsur dari Polri tersebut bertujuan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang terjadi menjelang dan sesudah Lebaran 2008. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ss/hp/08.


4 Radar Intai Segera dibangun di Selat Makassar



Jakarta - Sebanyak empat radar intai bantuan Amerika Serikat (AS) akan segera dibangun di Selat Makassar, guna mendukung pengamanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan keamanan maritim ASEAN secara umum.

"Diharapkan, akhir Oktober atau awal November 2008 empat radar itu sudah bisa operasional," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa (23/9).

Ditemui usai menghadiri upacara serah terima jabatan Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), ia mengatakan, Pemerintah RI telah menyetujui pembangunan tujuh radar bantuan Amerika Serikat (AS), di Selat Makassar, guna mendukung pengamanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.

Pendirian tujuh radar bantuan AS itu juga bertujuan mendukung pertahanan dan keamanan maritim se-ASEAN.


Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)

Juwono mengemukakan Pemerintah AS berkomitmen untuk membantu peningkatan daya mampu (capacity building) Indonesia dalam mengamankan wilayah perairannya, yang salah satunya adalah dengan memberikan bantuan radar intai (surveillence radar) ini.

Pengajuan pendirian radar intai di Selat Makassar itu telah diajukan sejak 2006 lalu, namun pelaksanaannya baru akan dilaksanakan secara bertahap mulai 2008, tutur mantan Duta Besar RI untuk Inggris itu.

Sebelumnya, Pemerintah AS juga telah memberikan bantuan lima radar intai di sepanjang Selat Malaka, untuk mengamankan selat terpadat di dunia tersebut.

Pembangunan lima radar yang terintegrasi dalam sistem pengintaian maritim terintegrasi (Integrated Maritime Surveillance System/IMSS), hingga kini masih terus berjalan, sedangkan empat radar Indonesia di Selat Malaka telah selesai pembangunannya.

Pengamanan Selat Malaka selama ini dilakukan bersama antara tentara Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam bentuk patroli terkoordinasi yang diluncurkan pada Juli 2004.

Saat ini kerjasama tiga negara pantai dalam kerangka Malsindo itu telah mampu menekan tingkat kejahatan laut di Selat Malaka hingga 70 persen. (*)

Sumber : ANTARA

Hasil Patroli Keamanan Laut Indonesia-Singapura

Periksa 459 Kapal Asing, 25 Diproses

BATAM (BP) - Patroli Terkoordinasi Indonesia-Singapura ke-65, tahun 2008 (Patkor Indosin-65/08) yang digelar sejak Juli 2008, resmi ditutup Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat (Guskamla Armabar), Laksamana Pertama Sugeng Darmawan.

Sejauh ini, Patroli bersama TNI AL, Dit Pol Air Polda Kepri dan Royal Singapura Marine itu, efektif menghilangkan aksi bajak laut di sepanjang Perairan Singapura.

Kepala Operasional Guskamla Armabar Kolonel Laut Estu Prabowo mengatakan, patroli pengamanan terhadap aksi pencurian ikan oleh kapal asing, hingga kasus-kasus penyelundupan kayu dan penyelundupan orang juga menjadi target dalam operasi Indosin ini.

”Semester I 2008, kita memeriksa sebanyak 459 kapal asing. Dari jumlah yang diperiksa itu, 20 hingga 25 kapal diantaranya terbukti melanggar dan diproses secara hukum. Rata-rata kapal yang melanggar berbendera Vietnam. Bobotnya antara 130 sampai 150 grosston (GT). Kebanyakan kapal ini berbendara Vietnam, dan Thailand,” ujar Kolonel Estu Prabowo.

Sementara, Komandan Guskamla Armabar mengatakan, Patkor Indosin tersebut digelar sejak tahun 1992. Sesuai kesepakatan, latihan dihelat empat kali dalam setahun. ”Yang sekarang ini patroli gabungan ketiga di 2008. Patroli dilakukan selama 3 bulan,” ujar Sugeng didampingi sejumlah perwira menengah TNI AL usai menutup rangkaian patroli bersama di Markas Komando Guskamla Armabar, Batam Centre. Senin (22/9).

TNI AL sendiri menurunkan armada-armada terbaiknya, seperti KRI Todak, KRI Siluman, KRI Welang dan KP Taka.


KRI Welang (808)

Sementara itu, Singapura menurunkan tiga armada, terdiri dasri satu kapal Police Coast Guard dan dua Royal Singapura Ship. Total personil yang terlibat dalam patroli gabungan ini sebanyak 500 orang.

Kerja sama Indonesia-Singapura tersebut, dianggap cukup ampuh menekan tindak kejahatan di laut, seperti pembajakan maupun perompakan kapal. Catatan TNI AL menunjukkan, situasi aman mulai terasa sejak tahun 2000 lalu. Menurut Sugeng, pengamanan bersama ini sangat membantu TNI AL. Apalagi jika melihat luas teritorial pengamanan laut Guskamla Armabar yang membentang mulai dari Pulau Sabang Nangroe Aceh Darussalam (NAD) hingga Cirebon, Jawa Barat.

Selain dengan angkatan laut Singapura, Guskamla Armabar juga menggelar patroli terkoordinasi dengan Tentara Laut Diraja Malaysia (Patko Malindo), khusus mengamankan Selat Malaka. Sementara itu, untuk wilayah perbatasan dengan Samudera Hindia, Guskamla Armabar menggelar patroli bersama dengan Tentara Laut India.

Dari sekian banyak kerja sama pengamanan laut, patroli Indonesia-Singapura merupakan yang paling sering dan belangsung secara berkesinambungan. Sugeng menuturkan, Selat Singapura atau Selat Philip, merupakan yang terpadat di dunia saat ini.
Sekalipun kapal-kapal yang berlayar tidak mendapat ancaman kejahatan, namun patroli tetap digelar sebagai bentuk kesiagaan. “Kita mewaspadai ancaman pengrusakan alat-alat navigasi akibat tertabrak kapal dan sebagainya,” tukas Sugeng.
Selain pengrusakan navigasi, patroli juga mengawasi ancaman pencemaran laut, pencurian ikan, pengrusakan ekosistem di perairan Singapura, Batam maupun Natuna. (ros)

Sumber : BATAMPOS

Penjajakan Korvet Nasional Terus Berjalan

Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan, pihaknya dan PT PAL hingga kini terus menjajaki pembuatan kapal Korvet Kelas Sigma V untuk mendukung sistem pertahanan matra laut dan kemandirian industri dalam negeri.

Ditemui ANTARA News usai menghadiri buka puasa bersama Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Mabes TNI Jakarta, Senin (22/9), ia mengatakan proses penjajakan itu terus berjalan.

"Masih dalam proses. Setelah empat kapal Korvet Kelas Sigma seluruhnya tiba di Indonesia, maka segera kita buat Korvet kelas serupa antara TNI AL dan PT PAL," ungkapnya.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul mengatakan, pembuatan kapal Korvet Kelas Sigma V ini nantinya akan dijadikan standar bagi pengembangan kapal-kapal perang di TNI AL.

Kapal kombatan seperti korvet, fregat, dan perusak (Destroyer) , matra laut ke depan akan diadakan dengan mengadopsi teknologi dan kemampuan yang dimiliki Korvet Kelas Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach).

Dengan kata lain, Korvet Sigma yang berteknologi terkini dapat menjadi jembatan transformasi dan standardisasi teknologi kapal-kapal kombatan TNI AL.

Sehingga akan terjadi efisiensi dalam pengadaan, pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL, termasuk pada aspek logistik, pendidikan, dan pelatihan personel pengawaknya.

Saat ini TNI AL punya kapal perang dan sistem peralatan yang berasal dari berbagai negara seperti Belanda, Yugoslavia, Jerman, Rusia, Amerika serikat, Australia, Inggris, Jepang, Korea Selatan, China, Prancis, dan Afrika Selatan.

Iskandar menambahkan, persiapan pengadaan Korvet Sigma V telah dilakukan dengan melakukan pembahasan tingkat Mabes TNI AL, Mabes TNI dan Departemen Pertahanan.


KRI Sultan Iskandar Muda (367) direncanakan tiba Oktober 2008

"Diharapkan paling cepat 2010 kapal sudah mulai memasuki tahap pembuatan di PT PAL. Dengan catatan, kondisi perekonomian nasional sudah membaik," ujarnya.

Indonesia telah memesan empat kapal korvet Sigma dari Belanda dengan nilai total nilai 700 juta Euro (sekitar Rp.8 triliun) atau Rp.2 triliun untuk masing-masing kapal. Saat ini telah hadir dua kapal perang.

Iskandar mengatakan, dua Kapal Korvet terakhir masing-masing dijadwalkan tiba pada Oktober 2008 dan Maret 2009. "Dengan begitu, Korvet Sigma V dapat mulai dibangun paling cepat 2010, dan dapat segera dilakukan standardisasi kapal-kapal perang TNI AL, disesuaikan dengan kondisi perekonomian nasional," katanya.(*)

Sumber : ANTARA

Monday, September 22, 2008

Komisi I DPR Akan Prioritaskan Pembahasan Pengadaan Sukhoi


Sukhoi Su-30MK2 TNI AU

Jakarta - Komisi I DPR akan memprioritaskan dan mempercepat pembahasan pengadaan jet tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dari Rusia.

"Prioritas paling tinggi. Kalau bisa harus selesai minggu depan," kata anggota Komisi I DPR dari Fraksi PAN, Djoko Susilo, di Jakarta, Minggu (21/9), saat ditanya mengenai pengadaan Sukhoi yang finalnya masih menunggu persetujuan DPR. Komisi I DPR antara lain membidangi soal pertahanan, luar negeri, dan TNI.

Sebelumnya Dirjen Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan, Marsekal Muda TNI Eris Herriyanto di Jakarta, Sabtu (20/9), mengatakan kedatangan tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dari Rusia hingga kini tertunda dan masih menunggu persetujuan DPR.

"Sekarang kami masih menunggu persetujuan DPR, karena tanpa persetujuannya L/C tak bisa keluar. Memang lama, tapi ini prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan. Kita tunggu saja," kata Eris.

Djoko mengatakan, Komisi I DPR tidak bermaksud memperlambat pengadaan pesawat tersebut.
Ia menjelaskan bahwa surat tentang pengadaan pesawat itu masuk baru-baru ini, padahal Komisi I DPR sudah mempunyai agenda seperti membahas Piagam ASEAN.

"Kalau surat masuk langsung dibahas, orang menuduh ada apa," katanya. Dikatakannya, jika ada pengajuan pembahasan sesuatu hal, maka Komisi I perlu mengatur jadwal kembali.

Selain itu, katanya, saat ini panitia anggaran juga sibuk menuntaskan Rancangan APBN.

Jadi, katanya, harus ada prosedurnya. "Dibahas dulu di tingkat kelompok kerja pertahanan, laporkan ke komisi, dan kemudian DPR. Kami kan, juga harus tahu kontraknya seperti apa, banknya dan sebagainya," kata Djoko.

Djoko mengatakan secara pribadi mendukung pengadaan pesawat Sukhoi tersebut. Rapat pertama, katanya, akan dilakukan dengan Dephan yang mempunyai program pengadaan itu.

"Dephan harus jelaskan tentang program itu dulu, baru kami ambil keputusan. Tidak lama, kok," katanya. Bahkan Djoko berharap pembahasan itu bisa dilakukan minggu depan.

Ditanya apakah pengadaan tersebut bisa dilakukan sebelum TNI memperingati hari jadi pada 5 Oktober mendatang, Djoko berharap hal itu bisa terjadi, namun tidak hanya tergantung DPR. (*)

Sumber : ANTARA

SS-209 Changbogo Class Submarines

The Changbogo class submarines are Diesel/Electric propulsion submarines, built under license in South Korea, based on German Type 209-1200. ROKS Changbogo(SS-61), the first ship of this class, was launched on June 1992 by HDW at Kiel in Germany and commissioned on June 1993. The remainder were assembled at Okpo by DAEWOO from material packages transported from Germany. The second and subsequent boats were built by Daewoo Heavy Industries Co. at Koje island, South Korea. ROKS Leesunsin (SS-68), the 7th ship launched on 21 May 1998.

Specifications :
Length : 56 m (187.5 ft)
Beam : 6.25 m (20.5 ft)
Draft : 5.5 m (18 ft)
Propulsion : Diesel/Electric
Speed : 21.5 knots, Maximum - submerged 11 knots, Maximum - surfaced
Range : 7500 miles (8 knots, snorkel) 370 miles (submerged)
Displacement : 1100 tons surfaced. 1285 tons surmerged
Crew : 30 (6 officers)
Torpedo : 14 STN SUT mod 2 or LG Whiteshark 8 533mm/21inch Torpedo tubes
Mines : 28 mines (instead of torpedo)
Missile : SUB-Harpoon
Countermeasures ESM : Argo
Sonars : Atlas Elecktronik CSU 83
Weapon control : Atlas Elecktronik ISUS 83 TFCS
Radars Navigation : I-Band

Dephan Tertarik Kapal Selam Jerman dan Korea


Kapal selam Diesel-elektrik kelas SS-209 Changbogo

DEPARTEMEN Pertahanan (Dephan) tidak lagi fokus membeli kapal selam buatan Rusia. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengaku tengah menjajaki tawaran dari Jerman dan Korea Selatan.

"Kami ingin mencari kapal yang lebih murah perawatannya," katanya di Jakarta, pekan lalu. Senjata buatan Rusia dikenal sulit dan mahal dalam perawatan. Contohnya operasional pesawat tempur Sukhoi yang memakan Rp.500 juta per jam terbangnya. Bandingkan dengan biaya terbang F-16 dari Amerika Serikat yang "hanya" Rp.70 juta atau pesawat asal Inggris, Hawk 109/209 yang sekitar Rp.60 juta.

Alasannya tak hanya itu, Indonesia sudah memiliki sejarah kapal selam dengan kedua negara tersebut. Dua kapal selam yang dimiliki Indonesia saat ini, KRI Cakra dan KRI Nanggala didatangkan dari Jerman, 20 tahun lalu. Kedua kapal selam itu merupakan tipe 209/1300 yang banyak digunakan AL sedunia.

Sedangkan Korea Selatan, yang telah mendapat lisensi Jerman, menangani overhaul KRI Cakra pada 2004 lalu. Perbaikan menyeluruh KRI Nanggala yang direncanakan 2009 juga condong dilakukan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea.

"Kami akan menambah dua kapal selam lagi dalam 10 tahun mendatang," kata Juwono. Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto menolak berkomentar dari negara mana kapal selam terbaru didatangkan. Pasalnya, saat ini Dephan masih menunggu spesifikasi teknis yang disusun TNI AL. Setelah spesifikasi diterima, baru diadakan tender terbuka.

"Belum diputuskan condong ke mana. Terbuka untuk semua negara pembuat kapal selam," kata Eris. Jadi, tambahnya, tidak menutup kemungkinan kapal selam Rusia menjadi pilihan. Apalagi, kapal selam termasuk dalam paket kredit negara dengan Rusia, senilai US$ 1 miliar. Kredit tersebut disepakati kedua kepala negara 2006 lalu.

Eris menjelaskan, faktor penentu adalah alih teknologi yang ditawarkan negara produsen. Selain itu, kemudahan logistik yakni sarana, prasarana, dan kemudahan perawatan juga dianggap penting.

Hingga kini, belum ada pembicaraan terkait alih teknologi dengan Rusia. Sebaliknya, Korea telah menawarkan beberapa kali. Alih teknologi dengan Korea juga sudah berjalan dalam pengadaan empat kapal landing platform dock (LPD). Dua kapal sudah selesai dibangun di Korea, dua sisanya dilaksanakan di PT PAL, Surabaya.

Saat ini, Dephan masih mempelajari penawaran alih teknologi kapal selam tersebut. "Apakah tawaran itu benar-benar salah satu tahapan alih teknologi," kata Eris. Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul menjelaskan, akan segera menyerahkan spesifikasi kapal selam dan kapal perusak kawal rudal.

"Pembahasan tim terus dikebut," katanya. Dia berharap, dengan penyerahan spesifikasi, Dephan dapat lebih cepat memproses pengadaan senjata strategis itu.

Sumber : JURNAS

Penutupan Pendidikan Komando Angkatan 87

CILACAP, - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS), Mayjend TNI Pramono Edhie Wibowo (2kiri) memeriksa kesiapan pasukan pada upacara penutupan pendidikan Komando angkatan 87, di Pantai Permisan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (20/9). Pendidikan Komando yang merupakan kualifikasi tertinggi pada Angkatan Darat dan telah memasuki angkatan ke 87, berhasil meluluskan 129 peserta didik dari keseluruhan 152 peserta. Tampak sejumlah peserta sedang melakukan simulasi tempur.
FOTO ANTARA/Idhad Zakaria/Koz/ama/08.




Peserta dari Kamboja

Dua pejabat militer Kamboja saat memberikan pengarahan kepada tujuh orang peserta pendidikan Komando angkatan 87 yang berasal dari Kamboja. Dan berdasarkan kualiafikasi mereka juga dinyatakan lulus mengikuti pendidikan.

Friday, September 19, 2008

KRI Sultan Hasanuddin (366) Berkunjung ke Korea

KRI Hasanuddin (KRI HSN-366), salah satu kapal korvet jenis Sigma terbaru yang dimiliki Angkatan Laut, berencana melaksanakan serangkaian kegiatan muhibah dalam rangka Republic of Korea Navy International Fleet Review yang bertepatan juga dengan peringatan ke 60 the Anniversary Republic of Korea and Armed Forces Foundation, Republic of Korea di Busan, Korea Selatan pada tanggal 6 sampai dengan 10 Oktober 2008. Kegiatan ini merupakan event berskala internasional yang melibatkan 35 angkatan laut negara-negara di belahan dunia.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, S.E. menjelaskan tujuan kegiatan Fleet Review ini adalah untuk meningkatkan hubungan persahabatan yang saling menguntungkan dengan sesama Angkatan Laut negara peserta dan melaksanakan diplomasi sebagai salah satu tugas yang diemban TNI Angkatan Laut. Disamping itu diharapkan dari kegiatan ini dapat menambah wawasan pengetahuan prajurit tentang kemampuan armada angkatan laut negara lain serta meningkatkan profesionalisme personel secara optimal selama pelaksanaan kegiatan lintas laut.


KRI Sultan Hasanuddin (366)

KRI Hasanuddin-366 dengan ABK 78 serta 17 detasir termasuk dokter, media cetak dan elektronika, rencananya akan bertolak dari Dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 23 September 2008 dengan menyinggahi beberapa pelabuhan seperti Balikpapan dan Manila (Philipina) serta Hongkong (Republik Rakyat China) untuk mengisi bahan bakar dan logistik sebelum menuju ke Pelabuhan Busan Korea Selatan. Keseluruhan perlayaran tersebut akan menempuh jarak 6.436 mil laut dengan memakan waktu selama 18 hari. KRI Hasanuddin-366 akan melaksanakan beberapa kegiatan di Korea selama 6 hari diantaranya melaksanakan pameran Maritim dan Pertahanan serta terlibat dalam kegiatan demo Fleet Review dan latihan. Sebelum kembali ke Indonesia direncanakan tangal 25 Oktober 2008 terlebih dahulu akan singgah ke Hongkong (RRC) lebih lanjut disampaikan Kadispenal.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.

Sumber : DISPENAL

RI akan Beli Kapal Selam Rusia


Kilo class-Sub

Jakarta - Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov mengatakan, Indonesia dan Rusia tengah merundingkan kontrak pembelian persenjataan tempur termasuk kapal selam.

"Perundingan soal itu masih berjalan," kata Ivanov seusai memberi kuliah bertema Rusia setelah Perang Dingin (Russia after Cold War) yang diselenggarakan Pusat untuk Dialog dan Kerja sama antar Peradaban (CDCC) di Jakarta, Kamis (18/9) malam.

Hadir dalam acara itu antara lain Ketua CDCC dan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin.

Pernyataan ini disampaikan Ivanov setelah ia ditanyai ANTARA terkait sebuah laporan yang menyebut Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono akan menghentikan perundingan pembelian kapal selam dengan Rusia karena biaya perawatannya mahal.

Indonesia tengah mempelajari tawaran Jerman dan Korea Selatan bagi pengadaan dua kapal selam untuk melipatgandakan armadanya, kata Juwono dalam jumpa pers dengan sejawatnya dari Australia Joel Fitgibbon.

Indonesia tetap akan membeli tiga jet tempur Sukhoi dari Rusia dan telah memperoleh sistem persenjataan untuk empat pesawat Sukhoi yang sudah dioperasikan TNI.

"Saya belum mendengar kabar atau membaca laporan tentang penghentian perundingan, khususnya pembelian kapal selam," kata Ivanov.

Sumber : ANTARA

Thursday, September 18, 2008

Batalyon Baru Paskhas

JAKARTA - KSAU Marsekal TNI Soebandrio memeriksa jajaran prajurit Korps Pasukan Khas TNI-AU ketika meresmikan pembentukan Batalyon 467 di Halim PK, Jakarta, Kamis (18/9). Batalyon tersebut merupakan yang ke tujuh dari sepuluh batalyon pasukan khas yang dibutuhkan untuk di tempatkan di seluruh Indonesia. FOTO ANTARA/Saptono/Koz/mes/08. DISPEN-AU



Pengganti MK-53 Diajukan Bulan Depan


Hawk MK-53

TNI AU tengah menggodok intensif pengganti pesawat Hawk MK-53. Menurut Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Subandrio, hasil kajian alternatif pengganti jet tempur latih itu akan diajukan ke Departemen Pertahanan (Dephan) bulan depan.

"Secepatnya habis Lebaran," katanya usai meresmikan batalyon baru korps Pasukan Khas di Jakarta, Kamis (18/9). Dia menjelaskan, terdapat lima alternatif sebagai pengganti Mk-53, yakni, L-159B dari Republik Chek, Yak-130 dari Rusia, Aermacchi M346 asal Italia, Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China, dan T-50 asal Korea.

Pilot-pilot tempur matra udara telah mencoba seluruh pesawat-pesawat tersebut. Namun, KSAU masih mengelak menyebutkan pesawat mana yang menjadi prioritas TNI AU.

Mengenai spesifikasi, Subandrio mengungkapkan, pihaknya menginginkan pesawat yang dipilih tidak hanya untuk keperluan latihan. Pesawat juga harus bisa "berkelahi" agar dapat mengantisipasi kehadiran pesawat asing di yuridiksi udara nasional.


FTC-2000, Kali pertama pesawat buatan China menjadi kandidat.

Masa pakai MK-53 akan habis tahun 2011. Untuk itu, tambah dia, pengadaan penggantinya harus dipersiapkan sejak dini. Terlebih, dalam beberapa pengadaan pesawat sebelumnya, seperti Sukhoi dan pengganti OV-10 Bronco proses pengadaannya sangat lama.

"Jangan sampai sudah dikandangkan (grounded), penggantinya belum ada," kata lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1975 itu. Saat ini, terdapat enam unit MK-53 di Skadron Udara 15 di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Iswahjudi. Dari enam pesawat buatan 1977 itu, hanya dua unit yang kondisinya siap terbang. Ketersediaan suku cadang yang makin sulit mengakibatkan tingkat kesiapan MK-53 makin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tak hanya MK-53, TNI AU juga terus menunggu kepastian penggantian pesawat tempur taktis OV-10 Bronco. Proposal pengganti sudah dikirim ke Dephan awal tahun ini. Matra udara merekomendasikan Super Tucano dari Brasil untuk menggantikan Bronco yang dikandangkan medio 2007 lalu.

"Sampai saat ini belum ada kabarnya," kata dia. Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto mengatakan, saat ini proses pengadaan Bronco di tangan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Dananya belum dialokasikan Bappenas. Bagaimana mau mengadakan kalau uangnya tidak ada," kata Eris kepada Jurnal Nasional. Meski demikian, Eris mengerti sepenuhnya jika Bappenas belum memprioritaskan pengadaan senjata dibanding persoalan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Sumber : JURNAS

RI-Australia Jajaki Pembangunan Industri Senjata



MENTERI Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia Juwono Sudarsono menerima Menhan Australia Joel Fitzgibbon di kantor Departemen Pertahanan (Dephan), Jakarta, Kamis (18/9).

Pemerintah RI dan Australia sepakat meningkatkan hubungan industri militer dan pertahanan. Kerja sama diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pengadaan alat utama sistem senjata dari luar dapat dikurangi. Saat ini 70 persen pengadaan senjata Indonesia masih dari luar.

"Peta jalan kerja sama ini sedang digodok," kata Juwono. Sebagai tindak lanjut, pejabat eselon I Dephan, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Departemen Perindustrian akan ke Australia Oktober mendatang. Kunjungan untuk membicarakan apa saja yang diperlukan Indonesia dan apa yang bisa ditawarkan Negeri Kangguru itu.

"Prinsipnya alih teknologi, tapi kalau bisa malah produksi bersama," kata mantan duta besar Indonesia untuk Inggris itu. Dia berharap, BUMN industri pertahanan strategis seperti PT PAL, Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, dan lainnya siap kerja sama dengan pelaku industri pertahanan Australia.

Menurut Juwono, keterbatasan anggaran yang dimiliki membuat kebutuhan senjata TNI belum dapat ditingkatkan kuantitasnya. Indonesia hanya bisa melakukan penyetaraan teknologi persenjataan yang sudah ada dengan teknologi yang sedang berkembang.

Harapannya, meski segi jumlah tidak bisa menyamai, namun Indonesia dapat mengejar sisi teknologinya negara lain seperti Australia, Malaysia dan Singapura. Untuk menyesuaikan persenjataan tingkat global yang terus berkembang, Indonesia akan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain, seperti yang dilakukan dengan Australia.

Selain industri pertahanan, kedua belah pihak sepakat mengembangkan pendidikan, latihan dan tukar menukar perwira angkatan bersenjata kedua negara. "Tujuannya meningkatkan kemampuan perwira kedua negara untuk lebih paham tentang dunia dan perkembangan yang terjadi di Asia Pasifik," kata Juwono.

Fitzgibbon menambahkan, Australia akan terus melakukan dialog dengan mitranya yakni negara-negara kawasan Asia Pasifik untuk terus menjaga keamanan. Dialog menjadi agenda utama demi menjaga saling pengertian dan terjaganya stabilitas kawasan. Pasalnya, Asia Pasifik merupakan kawasan yang sangat penting bagi Australia.

"Keamanan di kawasan tersebut bukan lagi sekadar masalah regional melainkan telah menjadi isu global," katanya. Selama kunjungan ke Indonesia Fitzgibbon akan berbicara di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Australia akan mengirim perwiranya untuk ambil bagian dalam kursus reguler Lemhannas untuk pertama kalinya tahun depan.

Fitzgibbon kemudian akan berkunjung ke Timor Leste untuk bertemu dengan pejabat pemerintah dan anggota militer yang ditempatkan di sana.

Sumber : JURNAS

Satgas Ambalat Korps Marinir

SURABAYA - Sebanyak 130 prajurit Korps Marinir diberangkatkan menuju daerah penugasan di Ambalat Kalimantan Timur, di Armatim Surabaya, Kamis (18/9). Pemberangkatan pasukan dengan menggunakan KRI Teluk Sampit(515) ini merupakan satgas yang ke-8 bagi Korps Marinir sejak 2005 ketika Malaysia mengklaim bahwa Ambalat masuk wilayahnya. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ED/mes/08.



Wednesday, September 17, 2008

Sembilan Pesawat Tempur Beraksi di Hang Nadim



BATAM - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memulai latihan gabungan (Latgab) pertahanan udara nasional (Hanudnas) Tutuka XXXII, Selasa (16/9). Latihan yang digelar serentak di Batam, Pekabaru, dan Medan itu bertujuan untuk menguji kesiagaan armada dan personil TNI menghadapi serangan musuh dari udara.

Sedikitnya 10 pesawat pengintai, pengangkut, dan tempur diterjunkan dalam latihan tesebut. Di Bandara Hang Nadim sendiri disiapkan sembilan pesawat tempur, terdiri dari 5 pesawat F-5 dan 4 pesawat Hawk 100 dan Hawk 200 berikut rudal. Sesaat sebelum latihan digelar, petugas menara air traffic control (ATC) Bandara Hang Nadim sempat menerima pesan dari Singapura agar memberitahukan siapa pejabat berwenang yang dapat mereka hubungi sewaktu-waktu. Alasan Singapura, demi menjaga keamanan lalu lintas di udara.

”Singapura memang tahu karena kita ada kerja sama. Mau apa lagi, kita terikat perjanjian internasional,” tukas Komandan Pengawasan dan Pengendalian Pesawat Tempur Latgab Tutuka XXXII, Letkol Khairil Lubis.

Ia mengatakan, latihan ini melibatkan tiga sektor, yakni Batam, Medan, dan Pekanbaru. Dalam sesi latihan hari pertama kemarin, pesawat-pesawat tempur di Batam diposisikan sebagai musuh. ”F5 dan Hawk menjadi pesawat pengganggu. Mereka akan dihadang pesawat F-16 yang sudah disiapkan di Pekanbaru,” kata Khairil.

Kebaradaan pesawat pegganggu yang terbang di ketinggian 20.000 kaki dengan kecepatan rata-rata 400-420 knot per jam tersebut, ditangkap radar yang dipancarkan KRI di Selat Malaka. Selanjutnya, pesawat F-16 mengejar sambil melakukan identifikasi. Setelah terbukti yang melakukan manuver di wilayah udara Republik Indonesia itu adalah musuh, pilot F-16 segara melaporkannya ke pangkalan radar di KRI.

Dari situ perintah penangkapan, pengusiran sampai penembakan diberikan. ”Rudalnya R to R atau dari udara ke udara. Dalam latihan ini, hanya dilakukan simulasi penembakan pesawat musuh. Setelah pesawat musuh terkunci, pilot langsung membebaskannya. Artinya sasaran sudah kena,” kata Khairil. Sementara itu, Komandan Pangkalan Udara Tanjungpinang Letkol (Sus) Tawakal Sidik mengatakan, latihan tersebut merupakan pemantapan. TNI ingin mempersolid barisannya sekaligus menambah pembekalan kemampuan personil mengoperasikan armada tempur yang dimiliki. ”Kita juga ingin menunjukkan kepada negara tetangga kalau pertahanan udara kita cukup kuat,” tukas Tawakal. (ros)

Sumber : BATAMPOS

Tuesday, September 16, 2008

Indonesia Fokuskan Kesetaraan Teknologi Pertahanan

Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia akan memfokuskan diri pada peningkatan kesetaraan teknologi pertahanan dibandingkan menambahkan jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) menyusul turunnya anggaran pertahanan pada Tahun Anggaran (TA) 2009.

"Jadi, kita tidak akan fokus pada berapa pesawat tempur yang kita punya. Kita akan fokuskan pada peningkatan teknologi persenjataannya. Kalau Malaysia punya F-18 Hornet, maka kita saingi kecanggihannya dengan Sukhoi dan sebagainya," katanya, di Jakarta Selasa (16/9).

Ditemui usai menjadi pembicara dalam seminar "Lingkungan Strategis 2008-2018 Implikasinya bagi Pertahanan Indonesia", Juwono menegaskan, bisa memahami langkah pemerintah yang lebih memprioritaskan pembangunan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya pengentasan kemiskinan.

Departemen Pertahanan dan Mabes TNI, katanya, tidak berkecil hati atas penurunan anggaran pertahanan dari Rp.36,39 triliun pada APBN 2008 menjadi Rp.35 triliun dalam RAPBN 2009 mengingat dua institusi itu telah terbiasa dihadapkan pada situasi dan kondisi minimum.

Oleh karena itu, Departemen Pertahanan dan Mabes TNI tidak akan melakukan revisi kecuali melanjutkan hingga masanya selesai secara efektif dan efisien.

Juwono menambahkan, jika pemerintah menambah jumlah alutsista maka hal itu sangat tergantung pada anggaran yang dimiliki sedangkan kondisinya saat ini sangat tidak dapat dimungkinkan.

Kalaupun Indonesia bisa membeli tambahan satu atau dua pesawat tempur, maka hal itu belum akan bisa menyaingi Jepang atau Korea Selatan. Yang bisa dilakukan adalah kerja sama, alih teknologi hingga persenjataan yang dimiliki Indonesia tidak tertinggal mesti jumlahnya lebih sedikit, demikian Juwono. (*)

Sumber : ANTARA

Pati TNI Membuka Gladi Lapangan Hanudnas TUTUKA 32/08

Panglima TNI Jendral TNI Djoko Santoso selaku Pimpinan Umum gladi lapangan pertahanan udara nasional (Glalap Hanudnas) didampingi Komandan Sekolah Staf dan Komando (Dansesko) TNI Marsekal Madya TNI IB. Sanubari sebagai Direktur Latihan (Dirlat) dan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda TNI Pandji Utama sebagai Komando Pengendali Operasi (Kodalops), membuka Glalap Hanudnas “Tutuka XXXII tahun 2008”, melalui Voice tele konvren di ruang Pusat Operasi Udara Nasional (Popunas) Kohanudnas, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (16/9).

Gelar Glalap Hanudnas “Tutuka XXXII/08” yang merupakan latihan puncak Kohanudnas ini, sebagai uji rencana operasi (RO) dan rencana kontijensi (Renkon) dan Doktrin Opsgab TNI, Doktrin Angkatan dan Doktrin Hanudnas, serta sebagai ukur kesiapsiagaan operasi sistim pengamatan, identifikasi dan penindakan ancaman musuh dari udara yang nyata. Dalam Glalap Hanudnas “Tutuka” ini, seluruh sistim Hanud baik Hanud Titik, Hanud Terminal dan Hanud Area akan diuji dalam RO Tutuka XXXII/08 kata Kolonel Pnb Barhim.



Hanud Area merupakan antisipasi terdepan terhadap ancaman pesawat musuh yang akan memasuki atau telah masuk wilayah udara nasional RI, hal ini penindakan menjadi tugas tanggung jawab pesawat-pesawat tempur TNI AU, dan apabila pesawat musuh tersebut ada yang olos dari penyergapan Hanud Area, maka penindakan menjadi tugas Hanud Terminal, dalam hal ini Dentasemen Peluru Kendali (Denrudal) jarak sedang dan menengah dari unsur TNI AD, dan Rudal dari unsur TNI AL/ KRI yang mempunyai kekuatan Hanud serta pesawat tempur TNI AU, apabila pesawat musuh masih lolos dari penyergapan Hanud Terminal, maka penindakan menjadi tugas Hanud Titik dengan menggunakan Meriam anti serangan udara dan Rudal jarak pendek dari unsur TNI AD,lanjut Barhim.

Sumber: DISPENAD

Pangkopsau II Tinjau Kesiapan Lanud Abdulrahman Saleh dan Iswahyudi

Pangkoopsau II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti, secara maraton, selama dua hari (15-16/9) meninjau kesiapan Pangkalan TNI AU (Lanud) Abdulrakhman Saleh, Malang, dan Lanud Iswahyudi Madiun, Jawa Timur.

Kunjungan ini selain untuk bersilaturahmi dengan prajurit dan PNS, juga di maksudkan untuk mengecek kesiapan Alutsista yang ada di kedua Lanud tersebut. Di Lanud Abdulrakhman Saleh, Malang, Pangkoopsau II didampingi Komandan Lanud Abdulrakhman saleh Marsma TNI Irawan Supomo, meninjau Skadron Udara 32 (pesawat C-31 Hercules), Skadron Udara 4 (pesawat C-212 Cassa), Skadron Udara 21 (pesawat OV-10 Bronco) dan Skadron Teknik 022. Sementara, selama di Lanud Iswahyudi Madiun, Pangkoopsau II dan rombongan didampingi Komandan Lanud Iswahyudi Marsma TNI Dede Rusamsi, meninjau Skadron Udara 3 (pesawat F-16 fighting falcon), Skadron Udara 14 (pesawat F-5 Tiger), Skadron Udara 15 (Hawk MK-53) dan Skatek 044.