Monday, March 31, 2008

"C-802, Elang Maut Musuh Pelaut"

Yingji-82 atau YJ-82 alias C-802 merupakan rudal anti kapal permukaan buatan negeri China mulai diperkenalkan oleh produsennya China Haiying Electro-Mechanical Technology Academy (CHETA) pada tahun 1989. Rudal C-802 merupakan turunan dari rudal pendahulunya yaitu YI-8 atau C-801, sebenarnya kedua rudal ini baik itu C-801 dan C-802 hampir mirip dari bentuk maupun ukurannya termasuk juga teknologi pendorongnya yang sama-sama menggunakan solid-propellant rocket booster serta sama-sama menggunakan pemandu yang serupa yaitu system Inertial dan radar aktif .

Perbedaan yang sangat mencolok dari kedua rudal ini terletak pada penggunaan bahan bakar pada mesin turbojet-nya, jika C-801 menggunakan bakar solid untuk mesin roketnya maka C-802 menggunakan bahan bakar dari paraffin. Penggantian jenis bahan bakar ini berakibat pada kemamapuan daya jelajah yang meningkat drastis dari 80 Km untuk C-801 menjadi 120 Km untuk C-802, bertambah 40 Km. Rudal yang mempunyai dimensi berat 715 kg dan panjang 6.392 m serta diameter 36 cm ini mampu melesat dengan kecepatan 0.9 mach.

C-802 juga terkenal sebagai rudal yang mempunyai kemampuan untuk menghindar dari radar musuh, karena selain dilengkapi dengan perangkat anti-jamming yang terpasang pada peralatan pemandunya, rudal ini juga mempunyai kemampuan terbang rendah yaitu 20-30 meter pada saat awal diluncurkan dan kemudian ketinggiannya akan turun menjadi 5-7 meter ketika mendekati sasaran. Dengan dilengkapi hulu ledak tekanan tinggi seberat 165 Kg dengan sistem tunda dan semi-armour-piercing cukup mampu untuk membuat kapal musuh berpikir dua kali untuk menghadapi rudal C-802 ini. Rudal C-802 mampu diluncurkan dari berbagai platform mulai dari kendaraan darat, kapal perang permukaan, pesawat terbang hingga kapal selam.

Sumber : PALAGAN

Download Video:
~ 3Gp : 693 Kb
~ Wmv : 3.099 Kb

HUT KOPASKA

Pangarmabar Laksma TNI Agus Suhartono melakukan inspeksi pasukan pada upacara hari jadi Korp Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL di Mako Kopaska, Pondok Dayung Jakarta, Senin (31/3). Kopaska TNI AL memperingati HUT ke-46. Foto ANTARA/Jefri Aries/mes/08




Saturday, March 29, 2008

Perjanjian Ekstradisi RI-China Ditandatangani Tahun Ini


Presiden SBY bertemu Presiden China Hu Jintao di Hotel Four Season, Sidney, Australia

Kerjasama Pertahanan dan Industri Strategis Kembali dilanjutkan

Beijing (ANTARA News) - Perjanjian ekstradisi Indonesia dengan China dipastikan akan ditandatangani tahun ini mengingat pembahasannya sudah rampung dan tinggal menunggu kesepakatan waktu antara menteri luar negeri (Menlu) kedua negara.

"Semuanya (naskah perjanjiannya.red) sudah selesai dibahas, tinggal kapan kedua menlu bisa bertemu dan menandatangani perjanjian ekstradisi tersebut," kata Dubes RI untuk China Sudrajat, di Beijing, Sabtu.

Tempat penandatangan perjanjian ekstradisi, katanya, bisa dilakukan di Indonesia atau di China tergantung kapan kesempatan kedua menlu bisa bertemu pada waktu yang tepat.

Dubes mengatakan, sekalipun kedua menlu sama-sama sibuk dengan urusannya masing-masing namun penandatanganan perjanjian ekstradisi dipastikan akan ditandatangani tahun ini juga.

Ia mengatakan akan ada beberapa kali kegiatan bilateral yang melibatkan menlu kedua negara, baik di Indonesia maupun di China, dapat bertemu dan dalam pertemuan itu kemungkinan akan "disisipkan" penandatanganan ekstradisi.

Seperti dengan rencana "ASEM Summit" yang akan berlangsung di Beijing, tanggal 24-25 Oktober 2008, yang akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Perjanjian ekstradisi tersebut merupakan bentuk kerja sama dari aspek hukum antara kedua negara terkait dengan salah satu pilar Kerja sama Strategis yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu Jintao, pada April 2007.

Berbagai bentuk kerja sama RI-China selama ini telah berkembang baik tidak saja dari aspek ekonomi, tapi juga dari aspek politik dan keamanan.

"Tahun lalu saja kedua negara telah menandatangani kerja sama pertahanan oleh masing-masing menteri pertahanan dan akan mengambil langkah-langkah konkret ke depan," katanya.

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah China pada 7 November 2007 di Beijing, sepakat melakukan kerja sama bidang pertahanan sebagai tindak lanjut dari Kerjasama Strategis yang ditandatangani oleh presiden kedua negara.


Personil Paskhasau saat uji coba rudal PSU buatan China, QW-3 di Pacitan Jawa Timur.

Penandatanganan kerja sama pertahanan kedua negara dilakukan oleh Menhan Juwono Sudarsono dengan Menhan China Cao Gangchuan.

Menurut Dubes Sudrajat, kedua menteri telah menandatangani kerja sama di berbagai bidang pertahanan, diantaranya kerjas ama di bidang kelembagaan, kerja sama di bidang teknologi, serta bidang pendidikan dan latihan.

"Kedua menhan telah membuat payung kerja sama dan tentunya nanti akan ada tindak lanjut dengan pola dialog, pola seminar yang intinya kedua negara sepakat melaksanakan kegiatan bidang pertahanan," kata Dubes Sudrajat.

Dalam kerja sama itu, katanya, juga dimungkinkan adanya pembelian senjata yang masuk dalam bidang kerja sama bidang teknologi.

Sumber : ANTARA

Mujahideen in Iraq: killing 4 US soldiers to reach 4000 mark

Mujahideen releasing the footage of an IED that destroyed US Humvee in which 4 US soldiers were killed. It marked 4000 US deaths in Iraq since the US lead invasion began.


Download Video

Foto : Sista Hanud Giant Bow II (23mm)





Friday, March 28, 2008

Pembuatan Korvet Nasional, PT PAL Tunggu PP




Foto by : Budi Hartadi

Jakarta, Tribun - PT PAL telah siap untuk mengerjakan pembuatan dua buah kapal korvet untuk angkatan laut. Saat ini pabrik kapal milik pemerintah tersebut sedang menunggu Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pendanaannya.

Dirut PT PAL Harsusanto mengatakan, PP yang akan mengatur pengalihan alokasi anggaran kredit ekspor menjadi pembiayaan dalam negeri saat ini sedang dalam proses. Diharapkan aturan ini segera jadi sehingga PT PAL bisa mengerjakan kapal perang ini.

"Saat ini prosesnya sedang dalam tahap harmonisasi, sebelum diteken oleh Presiden," kata Harsusanto kepada PersdaNetwork di sela Business Meeting, Pembiayaan Perbankan Pada Industri Pelayaran/Perkapala n di Jakarta, Senin (24/3).

Sebelumnya, pemerintah telah merencanakan untuk membeli kapal dari luar negeri, akan tetapi untuk memberdayakan perusahaan-perusaha an pembuat kapal dalam negeri, maka diputuskan untuk membuatnya di dalam negeri.

Lebih jauh, Harsusanto mengatakan untuk membuat dua korvet ini akan memakan anggaran sebesar Rp 4,3 triliun dan akan dikerjakan selama empat setengah tahun. "Kita berharap secepatnya, agar bisa cepat di-launching, " kata Harsusanto.

Harsusanto juga mengatakan dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya, teknologi di Indonesia masih jauh ketinggalan sehingga baru bisa membuat kapal perang setingkat dengan korvet seperti fast patrol boat yang panjang badannya 57 meter. "Padahal seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia sudah bisa memproduksi kapal perang yang lebih besar seperti destroyer dan fregat," ujarnya. (*)

Sumber : TRIBUN TIMUR

F-16A/B with 'paint' Dumb-Bomb (MK-82)

Location : Lanud Hasannudin, Makasar. Foto by : Titiis Budi Rachman


Uji CDS di Lanud Suryadharma, Kalijati




Markas Besar TNI Angkatan Udara melalui Dinas Aeronautika (Disaeroau) melaksanakan uji fungsi pemakaian Payung Udara Barang (PUB) yang dinamakan CDS (Container Delivery System) di Landasan Lanud Suryadarma, Kalijati Rabu (26/3). Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Komandan Lanud Suryadarma Kol Pnb Ras Rendro Bowo S, S.E. Kepala Sub Dinas Sarana Bantuan Disaeroau Kolonel Tek Saefudin Thoha dan beberapa pejabat dari dinas terkait Markas Besar TNI Angkatan Udara serta pejabat Lanud Suryadarma

Menurut Kolonel Tek Saefudin Thoha, pelaksanaan uji fungsi dapat dikatakan berjalan dengan baik karena dua PUB yang diterjunkan lewat Pesawat C 130 Herkules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma semuanya mengembang dan jatuh di sasaran. Ditambahkan pesawat terbang dengan ketinggian 900-1000 feet, sehingga PUB tidak terbawa angin ke arah di luar sasaran. PUB tersebut buatan Amerika Serikat tahun 2007 tipe G 12 E yang membawa beban hingga maksimal 1 ton (1000 kg). Pada uji fungsi tersebut masing-masing PUB membawa 4 drum air, yang setelah mendarat semuannya tidak ada kerusakan berarti.

“PUB tersebut merupakan yang pertama bagi TNI Angkatan Udara dan akan dipakai apabila diperlukan untuk tugas-tugas pengiriman barang ke daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jalan darat,” tambahnya

Sumber : DISPENAU

Indonesia dan Australia Jajaki Kerja Sama Pembangunan Kapal Patroli

Kemungkinan Australia Menghibahkan C-130E

BRISBANE--MI: Menteri Pertahanan RI Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia dan Australia sedang menjajaki kerja sama pembangunan kapal-kapal patroli bersama, dan kalau pendanaannya memadai pembangunan kapal akan dilakukan di PT PAL Indonesia.

"Kita masih dalam taraf penjajakan untuk membangun kapal-kapal patroli bersama. Kita masih melakukan penjajakan teknis perkapalan, pembiayaan bersama, dan pemasaran bersama," katanya berkaitan dengan hasil pertemuannya dengan Menhan Australia Joel Fitzgibbon di Canberra, Kamis (27/3).

Menhan Juwono mengatakan, ia dan Menhan Joel Fitzgibbon membahas peluang-peluang kerja sama saling menguntungkan kedua negara dalam industri pertahanan. Salah satu peluang kerja sama yang sedang dijajaki adalah pembangunan kapal-kapal patroli itu.

PT PAL Indonesia akan menjadi tempat pembangunan kapal-kapal patroli bersama itu jika ada pendanaan yang memadai. "Sejauh ini belum ada target karena masih dalam tahap penjajakan sertifikasi teknis," katanya.

Produk kapal-kapal patroli itu pun nantinya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dan Australia saja tetapi juga untuk negara-negara tetangga di Pasifik Barat, katanya.

Mengenai penjajakan peluang kerja sama kedua negara di bidang industri pertahanan, Menhan Juwono mengatakan, dua orang stafnya sudah berkunjung ke badan industri pertahanan Australia.

Menyinggung kerja sama angkatan bersenjata kedua negara dalam penanganan bencana dan bantuan kemanusiaan, Menhan mengatakan, ia dan Menhan Joel Fitzgibbon sepakat untuk terus menjalin kerja sama yang sudah terbangun sejak terjadinya bencana Tsunami dan gempa bumi di Aceh dan Nias 2004-2005 lalu.

Apa yang menjadi penekanan Indonesia adalah kemampuan mobilitas kapal-kapal di atas permukaan air, pesawat angkut dan perbekalan untuk pengadaan selimut, obat-obatan, perahu karet, rumah sakit lapangan dan kebutuhan-kebutuhan tanggap darurat lainnya, katanya.

"Ada kemungkinan Australia mau menghibahkan pesawat angkut Hercules C-130 tipe E (kepada Indonesia) kalau mereka sudah mendapat Hercules tipe J. Tapi Hercules yang tipe J sekarang ini masih mereka perlukan," kata Menhan Juwono.

Terkait dengan masalah kerja sama keamanan maritim, Menhan Juwono mengatakan, kedua pihak sepakat untuk melakukan patroli perairan bersama antar-angkatan laut kedua negara.

Bagi Indonesia, kendati sudah berjalan selama depan tahun, patroli terkoordinasi bersama ini penting untuk menjaga keamanan wilayah tenggara Indonesia. Sedangkan bagi Australia, hal ini penting untuk menjaga wilayah barat lautnya, kata Menhan Juwono.

Peningkatan kemampuan para perwira angkatan laut dari kedua negara menjadi penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan patroli terkoordinasi bersama. Termasuk pelatihan penentuan perbatasan kedua negara yang sudah disepakati bersama, katanya.

Sementara itu, Menhan Joel Fitzgibbon sebelumnya mengatakan, dalam pembicaraannya dengan Menhan Jowono yang berlangsung di ruang Explorer Gedung Parlemen Canberra itu, kedua pihak sepakat mendorong masing-masing

panglima angkatan bersenjata terus mengembangkan pemahaman bersama tentang

hubungan pertahanan guna lebih memajukan hubungan bilateral yang sudah ada.

"Pemahaman-pemahaman bersama itu akan dipandu oleh Perjanjian Lombok (Perjanjian Keamanan Indonesia-Australia) dan merefleksikan hubungan kedua negara yang semakin kuat. Kerja sama-kerja sama yang sudah ada maupun inisiatif baru akan dilaksanakan dan dikoordinasikan melalui dialog strategis pertahanan Indonesia-Australia," katanya.

Dalam kerja sama penanganan bencana dan bantuan kemanusiaan, ia mengatakan, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang sudah ada, dan pada Mei 2008, akan ada pelatihan bersama kedua negara di bidang ini. (Ant/OL-03)

Sumber : MEDIA INDONESIA OL

Latihan Bersama Marinir TNI AL-USMC, "Keris Eagle 2008"

Kegiatan Latihan Bersama Keris Eagle-08, di Kolatmar Gunungsari Surabaya, Kamis (27/3). Latihan Bersama "Marine Tactical Warfighting Simulator System" ini, untuk meningkatkan kemampuan pada suatu proses perencanan operasi militer selain perang (Peace Keeping Operation) antara USMC dan Korp Marinir. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ss/hp/08.



Thursday, March 27, 2008

Armada Skuadron 17 (II)

Meskipun dengan pesawat bekas peninggalan Jepang, TNI-AU telah memiliki pesawat VIP seperti Diponegoro I, modifikasi pembom Kawasaki Ki-48 diterbangkan oleh Abdulrahman Saleh dan Diponegoro II, aslinya pembom Nakajima Ki-49, diterbangkan Adisucipto sebagai pesawat transport Jenderal Sudirman dan pejabat TNI lainnya. Sayang kedua pesawat ini hancur saat Agresi Militer Belanda I.

Setelah penyerahan kedaulatan, Indonesia menerima pesawat peninggalan Belanda diantaranya adalah sebuah pesawat pembom B-25 Mitchell varian angkut (B-25C) beregistrasi M-456. Pesawat ini sering digunakan untuk mengangkut pejabat tinggi militer dari Jakarta ke daerah. Selain itu pesawat amphibi PBY-5 Catalina, UF-2 Albatros, dan tentu saja pesawat angkut C-47 Dakota juga dipakai untuk pesawat angkut VIP.

Tapi itu semua masih tergabung dalam Skuadron Angkut 4. Baru setelah pembentukan Skuadron 17, armada VVIP/VIP berkembang dengan lebih jelas. Selain pesawat eks Skuadron 4, Skuadron 17 menerima pula pesawat Ilyushin Il-14 Avia beregistrasi T-401 menjadi pesawat kepresidenan yang dinamakan “Dolok Martimbang” sementara sebuah yang lain beregistrasi T-405 atau “Merbabu” untuk menteri dan pejabat negara. Kekuatan bertambah lagi dengan ditambah tiga unit pesawat jet eksekutif kepresidenan Lokheed Jetstar yaitu “Sapta Marga”, “Pancasila”, dan "Irian".


Fokker F28 Fellowship

Pasca Orde Lama tumbang, sama seperti skuadron lainnya, Skuadron 17 juga mengalami penurunan drastis armada akibat ketidakadaan suku cadang dan banyak diantaranya dipensiunkan. Saat itu pula para pejabat negara lebih memilih menggunakan pesawat Garuda atau charter pesawat untuk sarana transportasi. Baru pada tahun 1980-an, armada Skuadron 17 kembali beroperasi dengan masuknya pesawat baru.

Saat ini Skuadron 17 mengoperasikan 5 jenis pesawat tipe berbeda dengan kemampuan yang berbeda pula bahkan juga memiliki helikopter ! Ini keunikan dari skuadron yang lain yang hanya boleh memiliki satu atau maksimal dua tipe pesawat berbeda tapi tetap berkemampuan sama, misalnya : CN235 dengan Fokker F27 (sebagai pesawat angkut sedang dan jarak pendek) dengan pertimbangan efisiensi, pasokan suku cadang, dan kelancaran tugas operasional.

Keunikan juga terletak pada pemilihan kamuflase pesawat. Bila pesawat pada skuadron lain cenderung memakai warna loreng hijau kehitaman ala militer maka Skudaron 17 memakai warna khas abu-abu dibagian bawah dan putih diatas dipisahkan garis hitam. Yang paling menunjukan identitas dari Skuadron 17 adalah bagian ekor yang terdapat garis tebal warna kuning dengan batas hitam sebagai tanda internasional pesawat non combat.


Fokker F27 Friendship
Pesawat twin turboprop dari series 400M (Military) memiliki kapasitas 30 kursi untuk penerbangan VVIP/VIP atau 44 kursi untuk misi non VIP. Sempat dimiliki oleh Skuadron Angkut 2 sebelum ditransfer ke Skuadron 17 tahun 1980-an. Satu-satunya Fokker F27 dalam Skuadron 17 beregistrasi A-2701 ini dipakai untuk melayani penerbangan jarak pendek.


Fokker F28 Fellowship
Total ada tiga unit Fokker F28 twin turbofans beroperasi di Skuadron 17 dan semuanya diperoleh dari proses hibah. Yang pertama F28 Mk.1000 beregistrasi A-2801 berkapasitas 33 kursi VVIP/VIP hibah Pelita. Yang kedua dan ketiga sekaligus diperoleh dua unit F28 Mk.3000 (A-2802 dan A-2803) berkapasitas 38 kursi VVIP/VIP hibah Garuda Indonesia. Digunakan untuk penerbangan jarak pendek dan menengah (regional).


C-130 Hercules
Ada dua unit Hercules yang dioperasikan yaitu dari tipe L-100-30 Super Hercules (A-1314) dan C-130HS (A-1341). Berbeda jauh dengan versi “kuda beban” yang dipakai Skuadron 31 dan 32, Hercules ini telah menanggalkan kemampuan angkut barang. Dengan A-1314 berkapasitas 40 kursi VVIP/VIP dan A-1341 berkapasitas 46 kursi VVIP/VIP jelas sangat lapang untuk diisi interior khas kantor lengkap dengan kursi eksekutif, meja kerja, dan peralatan kantor lainnya plus peredam suara untuk menetralisir deru dan getaran empat mesin Allison 501-D22A Turboprop.


Boeing B707
Merupakan satu-satunya pesawat terbesar yang pernah dimiliki Skuadron 17 sekaligus satu-satunya memiliki kemampuan terbang langsung jarak jauh antar negara. Pesawat ini resmi telah menjadi milik TNI-AU awal 1990 lewat proses hibah tapi sebelumnya Skuadron 17 telah mengoperasikannya sejak 1980-an walaupun dalam kapasitas menyewa (atas nama pemerintah Indonesia) dari pemilik pesawat yaitu Pelita Air Service (PK-PJQ). A-7002 memiliki kapasitas 104 kursi untuk penerbangan VVIP atau 164 kursi untuk penerbangan VIP atau 188 kursi untuk standar ekonomi.

Yang terakhir ini dikhususkan untuk tugas bakti negara seperti mengantar atlit (Atlit Sea Games 1999) dan pemulangan TKI/TKW dari Arab Saudi (saat Perang Teluk 1991). Selain itu A-7002 juga pernah mengantarkan bantuan makanan dan obat-obatan untuk misi kemanusiaan. Tidak masalah karena Boeing B707 ini merupakan series 3M1C, dengan huruf “C” terakhir berarti Convertible yang mampu diubah sewaktu-waktu menjadi pesawat kargo/angkut barang.

Meskipun dengan prosedur kerja Skuadron 17 yang matang toh pernah ada kejadian tidak mengenakan pula. Bulan Juni 2001 saat menerbangkan rombongan Presiden Gus Dur ke Australia, B707 mengalami trouble kebocoran oli di salah satu mesin.

Pesawat lalu di-divert ke Melbourne dan rombongan melanjutkan terbang terus ke Sydney dengan pesawat Australian Air Force. Sebenarnya penerbangan dengan tiga mesin ke Sydney masih mampu dilakukan tapi karena mengangkut orang nomor satu maka tindakan prosedur preventif dilakukan. Berbeda dengan pendapat media nasional yang menganggap tidak profesional, malah Skudron 17 mendapat penghargaan khusus dari presiden karena telah mengambil keputusan yang tepat. Tahun 2003, B707-3M1C A-7002 mengakhiri tugas dan tidak diterbangkan lagi sebelum dipensiunkan dua tahun kemudian.


Boeing B737
Seharusnya Skuadron 17 menerima pesawat baru Boeing B737-800 BBJ (Boeing Business Jet) senilai 50-60 juta dollar sebagai pengganti B707 atas permintaan Presiden Gus Dur September 2000, tapi gagal karena ditolak DPR. Sebagai gantinya tahun 2003, TNI-AU membeli B-737 dari series -2QB Advanced yang merupakan pesawat eks Bayu Indonesian Airlines (PK-BYD). Sesuai prosedur, pesawat ini beregistrasi berakhiran “02” sesuai dengan pesawat yang digantikan tetapi karena bisa dianggap rancu dengan Boeing B737 sejenis (AI-7302) yang dioperasikan Skuadron Intai 5 maka diberi registrasi A-7304.


NAS-332 Super Puma
Ada lima unit helikopter Super Puma dalam jajaran Skuadron 17. Dua unit merupakan produk PT. DI (H-3321 dan H-3322) dibeli tahun 1993 dan tiga unit dibeli langsung dari Aerospatie, Perancis (H-3301, H-3302 dan H-3304) semasa pemerintahan Presiden Gus Dur tahun 2000. Ada dua tipe yaitu L1 (H-3301, H-3203 dan H-3221) berkapasitas 10 kursi VVIP dan H-3306 kapasitas 15 kursi VIP. Untuk tipe L2 H-3204 dan H-3222 masing-masing berkapasitas 8 dan 10 kursi VVIP/VIP.

Helikopter ini berbeda dari versi standar. Selain bagian badan diperpanjang, Super Puma VVIP/VIP juga dilengkapi perangkat avionik canggih (Sextant NADIR Mk.2) dan GPS (Global Positioning Systems) dimana memiliki kemampuan navigasi akurat serta mampu mendarat di helipad primitif sekalipun dengan aman. Super Puma ini juga dilengkapi peralatan float buatan Zodiac untuk pendaratan darurat di air serta memiliki mesin Turbomeca Makila 1A1 yang lebih kuat 18 persen dari versi standar yaitu Makila 1A.

Sekarang yang ada di Skuadron 17 hanya 4 unit karena sebuah Super Puma mengalami kecelakaan tanggal 24 April 1999. H-3222 jatuh akibat rotor belakang lepas dari kedudukannya dan terpaksa mendarat darurat di persawahan samping Pasar Ciamis, Jawa Barat. Helikopter dalam misi penerbangan uji untuk mengantar Presiden Habbibie dalam kunjungan ke Pondok Pesantren Darussalam tanggal 1 Mei. Untungnya walaupun helikopter patah dua dibagian ekor dan total loss, kesepuluh orang yang terdiri atas lima awak dan lima Paspampres selamat.

Sumber : INDOFLYER

Brevet Kebanggaan "Hiu Kencana"


Armada Hiu Kencana di tahun 1960-an.

Tabah Sampai Akhir, Berani Sampai Titik Darah penghabisan...

Dua ekor ikan hiu saling berhadapan, dengan tekad mempertahankan kehadiran kapal selam di lautan sebagai bentuk kemampuan dan supremasi di laut. Kapal selam dalam keadaan siap tempur pada posisi menyelam lambang kesenjataan strategis yang ampuh.

Periscope yang selalu waspada mengamati setiap jengkal perairan negara. Gambar tujuh gelombang mewakili samudera di dunia. Serta lima buah garis insang pada leher hiu pertanda Warga Hiu Kencana bernafaskan Pancasila.


Demikian makna lambang yang tersirat pada Brevet Hiu Kencana meliputi makna keseluruhan "Dengan landasan falsafah hidup Pancasila sebagai Prajurit Sapta Marga tugas akan dilaksanakan dengan penuh keberanian dan ketabahan serta sanggup mengemban tugas sampai titik darah penghabisan".

Brevet Hiu Kencana bukan sekedar brevet yang melekat di dada kanan setiap pengawak kapal selam. Pada setiap pemakainya melekat pula kebanggaan, semangat juang pantang menyerah dan dedikasi untuk selalu mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Brevet Hiu Kencana juga diberikan kepada orang-orang terpilih untuk diangkat sebagai Warga Kehormatan Kapal Selam. Didasarkan atas jasa-jasa orang tersebut tersebut atas dukungannya terhadap pembinaan kapal selam sebagai salah satu senjata strategis dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).

Pemberian Tanda Kehormatan Brevet ‘Hiu Kencana’ TNI AL

Kapal selam KRI Cakra-401 membawa KSAL, Laksamana TNI Sumardjono , KSAD Jenderal TNI Agustadi SP, KSAU Marsekal TNI Subandrio serta Sekjen Dephan Letjen TNI Syafrie Syamsuddin melakukan manuver saat pemberian brevet kehormatan "Hiu Kencana " TNI AL kepada KSAD, KSAU, di perairan Selat Sunda, Banten, Rabu (26/3). FOTO ANTARA/Jefri Aries/NZ/08






Berita terkait :
TNI AL Beri Tanda Kehormatan untuk KSAD dan KSAU

Wednesday, March 26, 2008

Indonesian Navy's VBSS team

Escorta units training Visit, Boarding, Search and Seizure (VBSS) in KRI Ki Hajar Dewantara (364). Foto by : KARBOL









Pemerintah akan Bangun Lembaga Pendidikan Pertahanan Kelas Dunia

Jakarta, Pemerintah dalam waktu dekat akan membangun sebuah institusi pendidikan pertahanan tingkat dunia setara S2 untuk melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar di bidang pertahanan, kata Mendiknas Bambang Sudibyo.

Seusai rapat terbatas di Kantor Presiden Jakarta, Selasa, Bambang Sudibyo mengatakan, dalam pertemuan itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengarahkan untuk membangun sebuah institusi pendidikan di bidang pertahanan yang selama ini belum ada di Indonesia.

"Impian beliau adalah Indonesia mempunyai sebuah institusi pendidikan pertahanan yang `world class` setara S2. Lemhanas memang sudah ada tetapi itu lebih pada ketahanan bukan pertahanan," kata Mendiknas.

Selengkapnya>>

5 Perusahaan Ikut Tender Overhaul Kapal Selam KRI Nenggala


KRI Nanggala (402) merupakan kapal selam eks Jerman dari type-209

Banten (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Sumardjono mengungkapkan, saat ini sudah ada lima perusahaan perkapalan yang ikut dalam tender perbaikan besar (overhaul) kapal selam KRI Nanggala-402.

"Saat ini sudah ada lima perusahaan yang ikut, antara lain Daewoo dari Korea Selatan, untuk tender overhaul KRI Nanggala," katanya, menjawab ANTARA usai menyematkan tanda kehormatan TNI AL brevet "Hiu Kencana" kepada Kasad, Kasau dan Sekjen Dephan di Perairan Selat Sunda, Banten, Rabu.

Hasil tender kapal selam tipe 209 itu, tambah Sumardjono, akan segera diserahkan kepada Departemen Pertahanan (Dephan) untuk diseleksi perusahaan mana yang berhak untuk melakukan overhaul KRI Nanggala-402.

Kasal Sumardjono menegaskan, program overhaul dan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dari mancanegara mensyaratkan transfer teknologi dan imbal beli atau "counter trade" hingga pada akhirnya industri pertahanan nasional bisa mandiri di masa datang.

"Ini sudah komitmen kami, TNI AL agar setiap overhaul dan pengadaan alutsista dari luar harus ada transfer teknologi, sehingga industri nasional kita mampu melakukan overhaul atau memproduksi alutsista yang kita butuhkan," ujar Sumardjono.


PT PAL
Tentang keterlibatan PT PAL dalam overhaul KRI Nanggala, ia mengatakan PT PAL akan mengirimkan sejumlah teknisinya untuk mengikuti proyek overhaul KRI Nanggala hingga di masa datang para teknisi itu dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di PT PAL hingga BUMN itu dapat melakukan overhaul secara menyeluruh.

"Dengan begitu, biaya yang kita keluarkan lebih murah dan kedepan PT PAL bisa lebih mandiri bahkan dalam melakukan perbaikan besar kapal selam," ujar Kasal.

Mengenai batas waktu tender, Sumardjono menjelaskan akan selesai dalam waktu dekat.

Sebelumnya, TNI AL telah meng-overhaul kapal selam KRI Cakra-401 di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME), sehingga KRI Cakra yang perangkat teknologinya buatan 1970-an kini tampil lagi dengan teknologi 1990-an.


KRI Cakra (401) usai upgrade dan perbaikan total di Daewo Shipbuilding, Korea.

Saat ini, tercatat beberapa pihak yang tertarik dalam program perbaikan KRI Nanggala-402, seperti HDW Jerman dan Daewoo (Korea Selatan).

Korea Selatan punya peluang besar mendapatkan kontrak ini karena negeri itu juga merupakan operator sembilan kapal Selam Tipe 209 Jerman, dan DSME telah membuat delapan kapal selam kelas Changbogo yang kini dioperasikan oleh AL Korea Selatan. (*)

Sumber : ANTARA