Wednesday, November 07, 2007

Resiko Texmaco Ber-Pelat Merah

Mengamankan agen pendahulu. Begitulah misi yang diusung pejabat baru Direktur Jenderal Sarana Pertahanan, Departemen Pertahanan, Marsekal Muda Ery Heriyanto. "Saya akan melanjutkan misi untuk menjadikan Texmaco sebagai industri strategis," katanya usai pelantikan, Selasa lalu. Ery menggantikan Marsekal Muda Slamet Prihatino, yang memasuki masa purnatugas.

Selama ini, TNI begitu bergantung pada produsen luar negeri untuk memenuhi alat utama sistem kesenjataan (alutsista) itu. Ketika Amerika Serikat mengembargo senjata terhadap Indonesia, TNI makin menderita. Biarpun kini embargo itu sudah dicabut, tetap saja kita belum bisa menyediakan alutsista itu dengan baik. Biaya yang disediakan sangat besar.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap produsen alutsista dari mancanegara itu, Departemen Pertahanan punya usul: menjadikan Texmaco Perkasa Engineering sebagai BUMN. Jika disetujui, perusahaan pelat merah eks Texmaco ini nantinya berfungsi sebagai industri strategis yang memproduksi alat pertahanan atau persenjataan militer.

Usul menjadikan Texmaco sebagai BUMN itu tergambar dalam surat Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Juwono Sudarsono, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tertanggal 14 Agustus 2007. Dalam surat itu Juwono menyatakan bahwa Texmaco Perkasa Engineering, yang berlokasi di Subang, Jawa Barat, adalah satu-satunya industri di Indonesia yang punya kemampuan heavy engineering and fabrication.

Selain itu, Texmaco memiliki kemampuan textile machinery, machine tools automotive components, dapat melakukan rancang bangun permesinan dan pabrikasi suku cadang berbagai alat berat. Termasuk memproduksi alat-alat pertahanan atau senjata militer, antara lain tank tempur, panser, serta mobil truk angkut pasukan dan barang. Texmaco telah mendapatkan ISO 9001 dan 9002 pada 2001.

Selengkapnya>>

No comments: